>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Debo obiet dan dede keluar dari ruang mengajar dan sekarang menuju ke lantai dasar.
“wah sepertinya kamu akan betah disini yah de” langkah mereka bertiga terhenti saat mendengar suara yang ternyata bu ira pemilih bimbel tersebut, yah jelas saja bu ira berpendapat seperti itu karena selama perjalanan ke lantai dasar debo, obiet dan dede cekikikan hinggak terdengar dengan bu ira
“sepertinya begitu bu” debo tersenyum hormat kepada bu ira
“ya sudah kalau begitu kai permisi dulu bu, terima kasih untuk semuanya” obiet dan debo berpamitan dengan bu ira dan bu dede
“iya, jangan lupa minggu depan kamu sudah bisa mengajar disini dan jangan terlambat yah” pesan bu ira
Setelah sampai dirumah, debo segera menceritakan pekerjaan yang ia dapatkan kepada kedua orang tuanya.
“Assalamualaikum, Bapak Ibu kak Zahra dek OIK “ teriak Debo.
“Walaikumsalam, ada apa de? Nggak biasanya kamu teriak-teriak gitu” Tanya bu Halimah.
“iya kak, ada apa sih?” Tanya Oik.
“Alhamdulillah Debo dapat kerjaan, Debo kerja sebagai guru les private anak-anak SMP” kata Debo dengan wajah berseri-seri.
“Alhamdulillah de, semoga pertanda baik ya” kata kak Zahra.
“Oik bangga sama kakak” kata Oik.
“Jangan terlalu capek ya nak” nasehat pak Suradi.
“Amin kak, makasih ya semua” kata Debo.
Keluarga Debo sangat bangga sekaligus terharu sampai menitihkan air mata melihat usaha keras anaknya. Rumah itu sekarang diselimuti kebahagian.
@back to tempat bimbel
Sekarang sudah jam istirahat. murid-murid berhamburan keluar untuk mengisi perut mereka yang kosong. Ada yang ke minimarket, ada yang makan siomay di pinggir jalan dan ada juga yang berlarian kesana kemari layaknya anak kecil.
“elo nggak keluar yo?” Tanya ozy sedangkan orang yang di Tanya hanya menggeleng pelan, dengan beribu pertanyaan ada dihati ozy.
“ tuh orang makan apa sih, dingin banget, gimana mau dapat teman kalau sifatnya kayak gitu” gerutu ozy serasa menuruni tangga
“loe kenapa zy ngucap-ngucap gitu, udah kiamat masih lama kok, gue jamin” canda lintar bingung melihat temannya itu
“tau tuh anak baru dingin banget, padahal gue Cuma ngajak keluar bareng eh dia Cuma geleng-geleng doang” cerita ozy menggebu-gebu diikuti anggukan yang lain tanda mengerti.
“dia butuh adaptasi dulu kali” kata nova
“atau mungkin dia ngerasa aneh lihat sifat kalian bertiga” celetuk acha
“aneh dari mana cha?” ray bertanya-tanya
“iya, aneh dari mana sih neng acha, perasaan abang ozy cool cool aja” ozy mengerutkan kening tanda bingung, pletakk sukses jitakan ray mendarat di kepala ozy
“wadohhh gila loh gondrong, sakit nih kepala gue, neng acha sakit nih” keluh ozy
“apa’an sih loe zy, nang neng nang neng urus aja ngiri kepala loe” acha berlalu meninggalkan mereka dan diikuti nova
“cha tunggu” teriak nova
Bel istirahat selesai dan mereka memasuki pelajaran beikutnya. Tak terasa hari mulai menjelang malam, matahari sudah merubah warnanya menjadi orange. Itu lah pertanda murid-murid di persilahkan pulang.
“neng acha pulang bareng siapa? Sama abang ozy aja yah yah yah “ pinta ozy merengek, acha mendekat kearah ozy
“sekali lagi loe manggil gue neng, nih” kata acha sambil memberikan tangannya kearah ozy yang membuat nyali ozy menciut
“maaf maaf neng eh acha, ozy mau nanya acha pulang sama siapa?” Tanya ozy
“sama kakak gue, nohhh dia datang” acha menunjuk kakaknya
“wihhh cakep banget cha, loe kok nggak pernah bilang kalau punya kakak kayak artis korea gitu” nova terkagum-kagum melihat sosok yang mulai mendekati mereka
“cha udah selesai? Temen’in kakak dulu yuk ke supermarket, kakak mau beli yupi” kata kakak acha sambil melihat ke sekeliling acha, ada yang terkagum-kagum tapi ada juga yang masang muka bête siapa lagi kalau bukan lintar
“ya elah kak, udah habis aja yupi loe baru juga kemaren loe beli sebungkus gede” acha terheran-heran dengan kakaknya ini.
“bisa sakau gue kalau nggak makan yupi cha, oiyaa ini temen-temen bimbel loe?” Tanya Alvin
“iya kak, kenalin dulu ini nova, lintar, ray dan..”
“ ozy kak, calon adik ipar kakak” potong ozy
“adik ipar? Jadi loe pacar acha? Loe kok nggak pernah bilang sih cha?” Tanya Alvin menggebu-gebu
“ozyyyy, loe berisik amat sih” teriak acha seraya mencubit lengan ozy dengan keras, dan jelas saja semua murid yang belum pulang melihat kearah mereka.
“ampun chaaaaa, loe sadis juga ternyata” keluh ozy meniup-niup tangannya yang sepertinya mulai lebam (kasian ozy), lintar, nova dan ray asik cekikikan melihat tragedi itu
“udah udah, yuk cha pulang ntar keburu malam nih dan loe zy, loe mau deketin adek gue? okeh gue restui” seketika mulai ozy yang meringis kesakitan berubah merah merona layaknya tomat yang akan busuk (?)
“makasih kak, dadada acha, kalau udah sampai rumah sms ozy yah” acha hanya melengos saat membalikkan badannya melihat ozy
“eh kayaknya gue juga udah di jemput deh tapi kok tumben banget kakak gue mau jemput” kata keke kepada teman-temannya
“kakak loe? Kembaran rio itu yah?” keke menatap ozy tanda tak mengerti
“maksud loe apa zy? Kakak gue nggak punya kembaran deh setau gue” ucap keke polos
“ya elahhh, maksud gue sifatnya kembaran sama rio, dingin dan cuek kayak bebek”
“loe blng apa zy? Pletakk, gitu-gitu kakak gue satu-satunya tau” kesal ozy meninggalkan teman yang lain
“udah sepi nih, gue sama nova pulang dulu yah” pamit lintar
“ya elah, pulang kok berdua mulu, iya deh alasannya selalu rumahnya searah, udah gih sono” usir ray
“eh eh eh tunggu dulu, noh lihat Mr. dingin dijemput noh sama mobil tapi kayaknya gue pernah lihat deh siapa yang duduk di depan” ozy mulai berpikir-pikir tapi sepertinya nihil, dia benar-benar lupa dimana dia pernah bertemu dengan cewek itu.
Semua murid-murid ada yang datang dan ada yang pergi, maksudnya ganti jam gitu :D
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Tibalah hari H dimana debo akan mengajar untuk pertama kalinya di bimbel itu. Debo mengajar 3 kali sehari yaitu hari kamis, jum’at dan sabtu. Hari jum’at dan sabtu bimbel dimulai jam 15.00-18.00 sedangkan hari kamis bimbel dimulai jam 19.00-20.00
Hari sudah mulai gelap, ia mulai mempersiapkan dirinya untuk mengajar di tempat les. Setelah sampai disana, ia mengajar di kelas tiga SMP, bidang studinya fisika, matematika dan kimia. Ketika sedang mengajar, direktur utama les yang bernama Bu Ira memasuki kelas Debo hanya untuk melihat bagaimana cara ia mengajar.
Setelah hampir pukul 22.00, ia merasa sangat letih dan langsung pulang supaya bisa istarahat yang cukup dan tidak terlambat ke sekolah. Pada saat ia membuka pintu keluar, tiba-tiba Bu Ira memanggilnya dan menanyakan beberapa hal.
“Kamu kelas tiga SMA ya?” Tanya Bu Ira.
“Iya bu.” Jawab Debo dengan sopan
“Memangnya ada masalah apa? Apa cara mengajar saya buruk? Maaf yah bu kalau cara mengajar saya buruk, saya masih pemula bu” Kata Debo dengan wajah khawatir
“Tidak ada masalah, saya justru kagum melihat cara kamu mengajar tadi, murid-murid terlihat gembira dengan kamu” kata bu ira kagum
“Cita-cita kamu apa?” Tiba-tiba bu ira menanyakan itu, ada apa ini (batin debo bertanya-tanya)
“Saya ingin kuliah bu, makanya saya bekerja keras untuk bisa mencapainya, ekonomi keluarga saya tidak mampu untuk memenuhinya bu” Jawab Debo merendah
“Kamu anak yang baik De, tidak salah saya memilih kamu” kata Bu Ira.
“Maksud ibu apa? Tidak salah memilih untuk apa, untuk menjadi guru les disini” kata Debo dengan 1000 pertanyaan ada diotaknya.
“Tidak apa-apa nak, bisakah kamu datang kerumah saya hari minggu? Saya ada sedikit penawaran untuk anda” kata Bu Ira.
“Hari minggu bu? Insya Allah saya bisa” kata Debo.
“sekarang kamu pulang dulu, sepertinya kamu keletihan” kata Bu Ira lembut.
“Iya bu, saya pamit dulu, Assalamualakum” kata Debo.
“waalaikumsalam” kata Bu Ira.
Sepanjang jalan pulang Debo trus bertanya dalam hati, apa sebenarnya penawaran Bu Ira. Semoga itu merupakan berita baik. Tiba hari minggu, Debo pamit dengan keluarga yang sibuk dengan barang-barang bekas yang baru di ambil bapaknya. Debo prihatin dengan nasib keluarga. Hati-hati yah nak, itu lah kata yang selalu bu Halimah ucapkan ketika Debo pergi.
Sekarang Debo sudah berdiri didepan rumah bu Ira direktur les private tempat dia berkerja. Betapa kagumnya Debo saat melihat halaman rumah bu Ira, satpam dan pembantu dirumah itu sangat ramah dan menyambut Debo dengan sopan. Kalau dilihat dari pakaian, masih bagus pakaian pembantu dirumah ini daripada baju yang sedang Debo kenakan, kaos putih yang sudah tidak berwarna putih tua dan celana jean yang sudah terlihat kummel. Menurut Debo itu lah pakaian dia yang paling bagus.
Debo masuk kedalam, Debo tidak kalah kagumnya ketika melihat halaman depan. Suasana didalam rumah ini sangat sejuk ada banyak AC diruangan itu. Bu Ira turun dari tangga dan menghampiri Debo.
“Terima kasih kamu sudah datang, silahkan duduk” kata bu Ira.
“Terima kasih bu” kata Debo sopan.
“kamu mau minum apa De?” Tanya bu Ira.
“Tidak perlu repot-repot bu” kata Debo.
“sekarang kamu adalah tamu De” kata bu Ira senyum ke Debo.
Bu Ira memanggil salah satu pembantunya untuk membuat minum Debo. Setelah pembantunya pergi, tidak ada yang berani memulai pembicaraan sampai pembantu bu Ira datang membawa 2 gelas lemon tea. Debo terlihat haus melihat minum itu.
“Di minum dulu de” pinta bu Ira.
“makasih bu” kata Debo.
Debo minum dengan satu tegukkan, dia tidak mau mempermalukan dirinya. Sebenarnya dia sangat haus, perjalanan dari rumahnya kesini cukup jauh. Dia harus naik angkot 1 kali dan berjalan sekitar 2 km, tidak ada angkot yang masuk kelorong rumah elit.
“Maap bu kalau saya lancang, ibu tinggal sendiri dirumah sebesar ini?” Tanya Debo sopan.
“Ibu tinggal dengan anak perempuan ibu, ibu hanya punya satu anak dan suami ibu telah menikah lagi” kata bu Ira tertunduk.
“Maaf bu saya tidak bermaksud, saya benar-benar minta maaf bu” kata Debo dengan wajah penuh penyesalan.
“Tidak apa-apa nak, itu lah maksud ibu memanggil kamu kesini” kata bu Ira memulai pembicaraan.
“ Begini nak, ibu punya anak satu-satunya perempuan, umurnya sama dengan kamu, mungkin lebih tua kamu berapa bulan. Ibu bisa membiayai kamu kuliah dan kamu juga bisa tinggal disini tapi dengan syarat kamu mau menikah dengan anak ibu. Kalian akan menikah saat kamu kuliah jadi tidak akan mengganggu kamu sekolah. Bagaimana menurut Debo?” Tanya bu Ira dengan muka penuh harap.
“Apaaaaaaaaaa bu,, i…. bu nggak bercanda kan?” Teriak Debo tapi pelan
“Saya serius, jika Debo mau. Besok kamu kerumah ibu lagi, nanti ibu suruh sopir ibu untuk menjemput kamu. Silahkan Debo bicarakan dengan orang tua Debo dulu” Jawab Bu Ira. (semoga kamu tidak kecewa de)
“oh tidak perlu bu, rumah kami sangar sulit untuk mobil masuk, biar nanti saya bicarakan dulu dengan orang tua saya dan saya akan menghubungi ibu” jawab debo dengan sopan
“nggak apa-apa kok de, biar sopir ibu aja yang jemput” tawar bu ira dengan nada sedikit memaksa
“kalau tidak merepotkan terserah ibu saja”
Hampir 5 menit debo terdiam dirumah bu ira, dia terus memutar-mutar otaknya bagaimana cara membicarakan dengan keluarganya debo bingung bahkan sangat bingung.
“bu, saya mohon pamit dulu”
“iya nak, mohon dipikir-pikir lagi yah penawaran ibu”
Setelah sepeninggalan debo, ify yang merupakan anak tunggal bu ira mendengar pembicaraan ibunya dan anak laki-laki itu
“ma, sudahnya jangan cari lagi ma, ify mohon ini untuk yang terakhir kalinya mama melakukan itu” pinta ify yang mulai meneteskan air matanya sehingga wajanya penuh dengan air mata
“fy, maafin mama nak, mama mau mencarikan yang terbaik untuk kamu dan sepertinya debo anak yang tepat nak.” Bu ira mendekati ify dan memeluk anak tunggalnya itu.
Debo nggak tau dengan perasaannya saat ini, di satu sisi dia harus senang, di sisi lain dia juga bingung kenapa bu Ira bisa memilih dia untuk mendampingi anaknya. Apa yang bu Ira lihat dari Debo. Kesederhanaan, itu lah yang bu Ira lihat.
>>>>>>>>>>>>>>>>>.