BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah dilihat dari Angka Harapan Hidup (AHH) manusia. Walaupun demikian, semakin tinggi AHH akan semakin bertambah jumlah penduduk lansia. Pada tahun 2010, diperkirakan jumlah lansia di Indonesia sama dengan jumlah balita. Bahkan, pada 2020 diprediksikan akan lebih banyak lansia dibandingkan balita (Suwarsa, 2006:v).
Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk tahun 1971, jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas sebesar 5,3 juta (4,5%) dari jumlah penduduk. Selanjutnya, pada tahun 1980 jumlah ini meningkat menjadi ±8 juta (5,5%) dari jumlah penduduk dan pada tahun 1990, jumlah ini meningkat menjadi ±11,3 juta (6,4%). Pada tahun 2000, diperkirakan meningkat sekitar 15,3 juta (7,4%) dari jumlah penduduk, dan pada tahun 2005, jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi ± 18,3 juta (8,5%) (Nugroho, 2008:2).
Menurut perkiraan Biro Pusat Statistik, pada tahun 2005 di Indonesia, terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini akan semakin melonjak hingga ±33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk). Pada tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun. Meningkatnya umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh majunya pelayanan kesehatan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, perbaikan gizi dan sanitasi, meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi (Nugroho, 2008:2).
Berdasarkan pencatatan hasil kegiatan kesehatan kelompok usia lanjut, untuk tahun 2009 jumlah lansia adalah 33398 orang. Jumlah panti yang dibina 1 panti yaitu PSTW Budi Luhur daerah Paal V Kota Baru. (Dinkes Kota Jambi).
PSTW Budi Luhur merupakan panti binaan dari Dinkes Kota Jambi. Untuk tahun 2010 jumlah lansia di PSTW Budi Luhur adalah 70 orang, dengan laki-laki 34 orang dan perempuan 36 orang. Untuk kegiatan sehari-hari (kemandirian), untuk kegiatan bantuan penuh 2 orang berada diruang isolasi dengan usia 74 tahun dan 89 tahun, kegiatan bantuan sebagian 5 orang dengan 2 orang lansia berusia 60 tahun dan 71 tahun dikarenakan lansia tidak bisa melihat, dan 3 orang lansia berusia 85 tahun 2 orang dan 80 tahun, dan kegiatan tanpa bantuan 63 orang. Dari 70 lansia lebih dari 70 % yang mengalami penurunan kesehatan (PSTW tahun 2010).
Berdasarkan hasil dari Panti Werdha Darma Bhakti Panjang Surakarta menunjukkan bahwa lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus dengan bantuan sebanyak 24 lansia (80%), sedangkan 6 lansia lainnya (20%) lainnya dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. (sawika dalam arina, 2007).
Menurut WHO dalam Nugroho ( 2009:5 ), klasifikasi lansia adalah usia pertengahan ( middle age ) 45 – 59 tahun, lansia ( elderly ) 60–74 tahun, lansia tua ( old ) 75 – 90 tahun, dan lansia sangat tua ( very old ) di atas 90 tahun.
Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat. Berbagai penyakit yang terkait dengan perubahan menjadi tua akan muncul pada lanjut usia seperti rematik, tekanan darah tinggi, ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari dan lain-lain (menurut Nursasi dan Fitriyani, dalam http://repository.ui.ac.id/dokumen/lihat/27.pdf).
Oleh karena itu, program dan upaya penanganan masalah lansia harus diantisipasi sejak dini secara tepat. Alasannya, para lansia kerap kali mengidap berbagai kelemahan dan gangguan, seperti gangguan kesehatan. Pada dasarnya, kelemahan dan gangguan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kelemahan organic, keterbatasan kemampuan gerak, dan ketidakmampuan melakukan kegiatan (Suwarsa, 2006:v).
Tetap sehat dan bugar pada usia emas (50 tahun plus) adalah harapan setiap insan. Harapan itu seperti yang dikemukakan seorang gerontolog dari Amerika, “Not only add years to life, but also life to years.” Jangan hanya menambah tahun pada kehidupan, tetapi juga menambah kehidupan pada tahun-tahun itu. (Suwarsa, 2006:123).
Menambah umur tanpa peningkatan kualitas hidup tentu tak cukup karena hanya akan menambah panjang penderitaan bagi yang bersangkutan, keluarga, dan masyarakat, baik ditinjau dari segi budaya, sosial, maupun ekonomi. Tentu sangat tidak diharapkan bila pertambahan usia itu disertai dengan mundurnya kemampuan psikis dan fisik, serta berbagai penyakit degenerative (Suwarsa, 2006:123).
Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan beraktivitas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Disamping itu, kemampuan bergerak juga akan memengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. Dalam hal ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas dari system persarafan dan musculoskeletal yang adekuat (Lilis, Taylor, Lemonek, 1989 dalam Mubarak dan Chayatin 2009, 245).
Di PSTW Budi Luhur saat dilakukan survei, dari 5 lansia yang diwawancarai mengenai pola aktivitas, untuk aktivitas olahraga 4 lansia melakukan olahraga dalam 1 minggu ada 5-6 kali seperti jalan pagi, sedangkan 1 lansia mengatakan jarang melakukan jalan pagi kalau dalam 1 minggu 1-2 kali karena malas dan capek untuk jalan. Untuk aktivitas gaya hidup sehat 3 lansia mengatakan tiap pagi hari lansia berjemur kalau dalam satu minggu ada 3-5 kali, sedangkan 2 lansia mengatakan menjemur hanya jika mau kalau dalam 1 minggu 1-2 kali. Dan untuk aktivitas sehari-hari 4 lansia mengatakan menyapu kamar sendiri setiap hari, sedangkan 1 lansia mengatakan kamarnya jarang disapu, kalaupun disapu hanya 1-2 kali dalam 1 minggu.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pola aktivitas dan status kesehatan lansia di PSTW Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pola aktivitas lansia dan status kesehatannya di PSTW Budi Luhur Kota Jambi.
2. Tujuan khusus
a. Diketahuinya status kesehatan lansia di PSTW Budi Luhur Kota Jambi.
b. Diketahuinya gambaran aktivitas yang lansia dalam memelihara kesehatan meliputi olahraga, gaya hidup sehat, dan aktivitas sehari-hari di PSTW Budi Luhur Kota Jambi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha
Dapat diberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi panti sosial, dan dapat membantu atau sekedar memberi support kepada lansia untuk tetap melakukan aktivitas yang sehat.
2. Bagi Instansi pendidikan
Dapat menambah ilmu bagi mahasiswa akper.
3. Bagi pengembangan penelitian
Dapat dijadikan acuan dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang berminat melaksanakan penelitian tentang gambaran pola aktivitas dan status kesehatan lansia ditempat yang berbeda.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan pola aktivitas dan status kesehatan lansia diPSTW Budi Luhur Kota Jambi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni di PSTW Budi Luhur Kota Jambi. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di PSTW Budi Luhur Kota Jambi. Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling (seluruh jumlah populasi), dengan jumlah 70 orang yang terdiri dari laki-laki 34 orang dan perempuan 36 orang, dan analisa data secara univariat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia (Gerontik)
1. Pengertian lansia
Lanjut usia adalah dimana individu yang berusia di atas 60 tahun yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi-fungsi biologis, psikologis, sosial, ekonomi (Nugroho, 2009:3)
Sedangkan menurut definisi dari Depkes RI 3 lanjut usia adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Proses menjadi tua disebabkan oleh faktor biologik yang terdiri dari tiga fase yaitu fase progresif, fase stabil dan fase regresif.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. (menurut akhmadi, tersedia dalam http://www.rajawana.com/).
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi mereka kesempatan-kesempatan untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti . Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri (menurut Khirul huda dalam http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/29/lansia-dan-kelompok/).
2. Masalah kesehatan lansia
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari 4 aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi kemunduran. (menurut akhmadi, tersedia dalam http://www.rajawana.com/).
Lansia juga identik dengan menurunnya daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat. (menurut akhmadi, tersedia dalam http://www.rajawana.com/).
Dengan adanya penurunan kesehatan dan keterbatasan fisik maka diperlukan perawatan sehari-hari yang cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri atau mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang diberikan berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian informasi pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan bagi lansia agar dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. (menurut akhmadi, tersedia dalam http://www.rajawana.com/).
Dari aspek psiko-sosial, berbagai gangguan sindroma geriatric pada lansia dikenal dengan istilah SOLOMON-13 I (Ucla, 1998). Ketiga belas gangguan dalam sindroma tersebut, adalah:
a. Immobility (gangguan gerak)
b. Instability (mudah terjatuh)
c. Intelectual impairment (demensia, pikun)
d. Isolation-depression (menyendiri)
e. Incontinence (gangguan pada saluran kemih)
f. Impotence (gangguan kemampuan seksual)
g. Immunodeficiency (penurunan daya tahan)
h. Infection (infeksi)
i. Inanition (gizi buruk-malnutrisi)
j. Impaction (susah buang air besar)
k. Latrogenesis (salah minum obat)
l. Insomnia (gangguan susah tidur)
m. Impairment of vision, hearing taste,smell, communication, convalescence and skin intergrity (penurunan fungsi indra, komunikasi, penyembuhan, dan integritas kulit).
3. Klasifikasi lansia
Menurut WHO dalam Nugroho ( 2009:5 ), klasifikasi lansia adalah usia pertengahan ( middle age ) 45 – 59 tahun, lansia ( elderly ) 60–74 tahun, lansia tua ( old ) 75 – 90 tahun, dan lansia sangat tua ( very old ) di atas 90 tahun.
Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad ( alm ), Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dalam Nugroho, wahjudi ( 2009: 5), membagi periode biologis perkembangan manusia yang dianggap lansia sebagai prasineum ( 45 – 65 tahun ) dan senium atau lansia ( 65 tahun ke atas ).
Dra. Ny. Jos Masdani ( psikolog dari Universitas Indonesia ) mangatakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat di bagi menjadi empat bagian :
a. Fase iuventus ( 25 – 40 tahun )
b. Fase Vertilitas ( 40 – 50 tahun )
c. Fase prasenium ( 55 – 65 tahun )
d. Fase senium ( 65 tahun hingga tutup usia )
Menurut Prof. Dr. Koesoemanto, SpKJ, individu lansia adalah yang berusia lebih dari 65 / 70 tahun.
Menurut Bee ( 1966 ) dalam Nugroho ( 2009:5 ), tahap lansia dimulai dari masa dewasa lanjut ( 65 – 75 tahun ) sampai dewasa sangat lanjut ( > 75 tahun ).
Hurlock (1979 ) dalam Nugroho ( 2009:5 ), membedakan lansia dalam dua tahap yakni early old age ( 60 -70 tahun ) dan advanced old age ( > 70 tahun ).
Menurut Burnside ( 1979 ) Nugroho ( 2009:5 ), tahapan lansia meliputi :
a. Young old ( 60 – 69 tahun )
b. Middle age old ( 70 – 79 tahun )
c. Old – old ( 80 – 89 tahun )
d. Very old – old ( >tahun )
Sedangkan sumber lain mengemukan pengelompokan umur berikut :
a. 60 – 65 tahun ( ellderly )
b. > 65 -75 tahun ( junior old age )
c. > 75 – 90 tahun ( formal old age )
d. > 90 – 120 tahun ( longevity old age )
Kalau pembagian umur dari beberapa ahli tersebut ditelaah, dapat disimpulkan bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65 tahun keatas. Namun, di Indonesia, batasan lanjut usia adalah 60 tahun keatas. Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 (Nugroho, 2008:25).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006:11).
Proses penuaan merupakan salah satu misteri yang sangat sulit terpecahkan. Namun, karena adanya keyakinan bahwa manusia dapat mencapai umur panjang tanpa terganggu berbagai penyakit akibat penuaan, pada beberapa decade terakhir ini muncul penelitian-penelitian yang berupaya mengungkap tabir terjadinya penuaan. Dari hasil penelitian tersebut, diharapkan menghasilkan metode-metode untuk memperlambat penuaan pada manusia (Suwarsa, 2006:5).
Selama ini, terdapat enam teori seputar terjadinya proses penuaan, yaitu teori pengontrolan genetik, rusaknya system imun tubuh, mutasi somatic, kerusakan akibat radikal bebas, ikatan silang makromolekul, dan teori sebab metabolisme (Suwarsa, 2006:5).
4. Perubahan–perubahan yang terjadi pada lansia (Nugroho, Wahjudi, 2008 : 27) :
1. Perubahan Fisik
a. Sel
Jumlah berkurang, ukuran membesar cairan tubuh menurun, dan cairan antarseluler menurun.
b. Sistem Kardiovaskular
Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume) elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.
c. Sistem Respirasi
Otot – otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun, kemapuan batuk menurun, serta terjadinya penyempitan pada bronkus.
d. Sistem Persyarafan
Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan myelin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik dan refleks.
e. Sistem Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (Osteoporosis), bungkuk (kifosis) persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot),kram,tremor,tendon mengerut dan mengalami seklerosis.
f. Sistem Gastrointestinal
Esofagus melebar,asam lambung menurun,lapar menurun,dan peristaltic menurun hingga daya absospsi juga ikut menurun ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun hingga menyebabkan berkurangnya fungsi hormonedan enzim pencernaan.
g. Sistem Gasrourinaria
Ginjal : mengecil,aliran darah ke ginjal menurun,penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun hingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.
h. Sistem Vesika Urinaria
Otot – otot melemah,kapasitasnya menurun dan retensi urine, prostat: hiperatropi pada 75% lansia.
i. Vagina
Selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
j. Sistem Pendengaran
Membran timpani atropi sehingga terjadi gangguan pendengaran, tulang – tulang pendengaran mengalami kekakuan.
k. Sistem Penglihatan
Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapangan pandang menurun, dan katarak.
l. Sistem Endokrin
Produksi hormon menurun.
m. Sistem Integumen
Keriput serta kulit kepala dan tambut menipis,rambut dalam hidung dan dalam telinga menebal elastisitas menurun, vaskularisasi menurun,rambut memutih(uban), kelenjar keringat menurun, kaku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan separti tanduk.
2. Perubahan Psikososial
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, frustasi kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian perubahan keinginan, depresi dan kecemasan.
Dalam psikologis perkembangan lansia dan perubahan yang dialami akibat proses penuaan di gambarkan oleh hal – hal sebagai berikut:
Masalah umum lansia:
a. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga terus bergantung dengan orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan kegiatan baru suami atau istri yang telah meninggal atau pergi jauh dan cacat.
5. Perubahan – perubahan umum dalam penampilan lansia :
Bagian kepala : bentuk mulut berubah akibat kehilangan gigi atau karena harus memakaia gigi palsu, penlihatan agak kabur, mata tak bercahaya dan sering mengeluarkan cairan, dagu mendengkur tampak berlipat, pipi berkerut, kulit berkerut dan kering.
Bagian tubuh : bahu membungkuk dan tampak mengecil perut membesar dan tampak membucit pinggul tampak mengendur dan lebih besar di bandingkan dengan waktu sebelumnya, serta payudara wanita menjadi kendur.
Beberapa kemunduran organ tubuh seperti yang disebutkan oleh Katari (1990), diantaranya sebagai berikut :
a. Kulit
Kulit berubah menjadi lebih tipis dan kering, keriput dan elastisitas menurun dengan demikian, fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan terhadap masuknya kuman terganggu.
b. Rambut
Rontok, warna menjadi putih, kering dan tidak mengkilap, ini berkaitan dengan degeneratif kulit.
c. Otot
Jumlah sel otot berkurang, ukurannya mengecil akan terjadi atrif sementara jumlah jaringan ikat bertambah, volume otot ssecara keseluruhan menyusut fungsinya menurun, serta kekuatannya berkurang.
d. Jantung dan Pembuluh Darah
Pada usia lanjut kekuatan mesin pompa jantung berkurang, berbagai pembuluh darah penting khusus di jantung dan otak mengalami kekuatan, lapisan intima menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes melitus yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan tombrosis.
e. Tulang
Pada proses menua, kadar kapur ( kalsium ) dalam tulang menurun akibatnya tulang keropos ( osteoporosis ) dan mudah patah.
f. Seks
Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur.
B. Konsep Dasar Pola Aktivitas
1. Pengertian
Kebanyakan orang menilai tingkat kesehatannya berdasarkan kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kemampuan beraktivtas merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. Disamping itu, kemampuan bergerak juga akan memengaruhi harga diri dan citra tubuh seseorang. Dalam hal ini, kemampuan beraktivitas tidak lepas dari system persarafan dan musculoskeletal yang adekuat (Lilis, Taylor, Lemonek, 1989).
2. Fisiologi pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian aktivitas yang terintegrasi antara system musculoskeletal dan system persarafan didalam tubuh.
a. Sistem musculoskeletal
System musculoskeletal terdiri atas rangka (tulang), otot dan sendi. System ini sangat berperan dalam pergerakan dan aktivitas manusia. Secara umum, rangka memiliki beberapa fungsi (Lilis, Taylor, Lemonek, 1989).
1) Menyokong jaringan tubuh, termasuk member bentuk pada tubuh (postur tubuh).
2) Melindungi bagian tubuh yang lunak, seperti otak, paru-paru, hati, dan medulla spinalis.
3) Sebagai tempat melekatnya otot dan tendon, termasuk juga ligamen.
4) Sebagai sumber mineral, seperti garam, posfat, dan lemak.
5) Berperan dalam proses hematopoiesis (produksi sel darah).
Sedangkan otot berperan dalam proses pergerakan, memberi bentuk pada potur tubuh, dan memproduksi panas melalui aktivitas kontraksi otot.
b. System persarafan
Secara speksifik, system persarafan memiliki beberapa fungsi, (Mubarak, Chayatin, 2007:246) yakni:
1) Saraf aferen (reseptor), berperan menerima rangsangan dari luar kemudian meneruskannya kesusunan saraf pusat.
2) Sel saraf atau neuron, berfungsi membawa impuls dari bagian tubuh satu kebagian tubuh lainnya.
3) Sistem saraf pusat (SSP), berfungsi memproses impuls dan kemudian memberikan respon melalui saraf eferen.
4) Saraf eferen, berfungsi menerima respons dari SSP kemudian meneruskannya ke otot rangka.
3. Konsep mekanika tubuh
Mekanika tubuh adalah penggunaan organ tubuh secara efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya. Dengan melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam posisi yang benar dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit. Mekanika tubuh akan berfokus pada kesejajaran tubuh (body alignment) dan postur. (Mubarak, Chayatin, 2007:246)
Kesejajaran tubuh dan postur yang baik akan menempatkan tubuh pada posisi yang dapat meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posis berdiri, duduk, maupun tidur. Sedangkan kesejajarn tubuh yang buruk dapat mengganggu penampilan dan mempengaruhi kesehatan karena ada beberapa bagian tubuh yang terbatas kemampuannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesejajaran tubuh, adalah pertumbuhan dan perkembangan serta gaya hidup. (Mubarak, Chayatin, 2007:246)
a. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia serta perkembangan system musculoskeletal dan persyarafan akan berpengaruh terhadap potur, proporsi tubuh, massa tubuh, pergerakan, serta reflex tubuh seseorang. Untuk itu, dalam melakukan pengkajiandan intervensi keperawatan, perawat harus memperhatikan aspek tumbuh kembang individu dan membuat penyesuaianyang dibutuhkan. (Mubarak, Chayatin, 2007:248).
b. Gaya hidup
Gaya hidup terikat dengan kebiasaan yang dilakukan individu sehari-hari. Individu dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan baik kemungkinan tidak akan mengalami hambatan dalam pergerakan. Sebaliknya, individu dengan gaya hidup yang tidak sehat dapat mengalami gangguan kesehatan yang pada akhirnya akan menghambat pergerakannya. (Mubarak, Chayatin, 2007:249).
4. Aktivitas sehat yang dilakukan lansia (Suwarsa, 2006:123) antara lain :
1) Pekerjaan rumah dan berkebun.
Pekerjaan rumah dan berkebun merupakan latihan untuk menjaga kesegaran dan daya tahan tubuh.
2) Berjalan-jalan.
Terutama pada pagi haru ketika udara masih segar, bila kegiatan ini dilakukan secara rutin (kurang lebih 15 menit setiap hari), akan sangat berguna untuk meregangkan kaki dan menjaga daya tahan tubuh. Akan lebih sempurna jika berjalan kaki dilakukan semakin lama semakin cepat.
3) Senam pernafasan (meditasi) dan yoga.
Aktivitas sehat ini bisa memberikan nilai tambah dalam mempertahankan bentuk fisik dan psikis.
4) Joging.
Joging atau berlari kecil dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan ritme langkah tidak terlalu cepat. Aktivitas ini berguna untuk memperbaiki pengambilan oksigen (O2¬¬) yang penting bagi kerja jantung, paru-paru dan peredaran darah dikaki.
5) Bersepeda atau berenang.
Aktivitas ini dapat dilakukan bila memungkinkan, terutama untuk penderita Arthitis karena dapat meningkatkan peregangan dan daya tahan tubuh, tetapi tidak menambah kelenturan pada tingkatan yang lebih tinggi.
6) Bersosialisasi.
Menjaga hubungan dalam kelompok maupun lingkungan dapat membantu mempertahankan fungsi otak dan sosial, guna menambah wawasan serta menjaga gairah hidup.
7) Mengerjakan hoby (berkebun, bermain musik, membaca, dan melukis).
Dapat membantu menjaga fungsi otak karena dengan berkreasi dan dapat dijadikan agenda kegiatan lansia.
8) Berwisata
Akan membuat perasaan bertambah lapang dan nyaman, terlebih jika dilakukan bersama dengan pasangan.
9) Menghafalkan urutan angka
Merupakan bentuk latihan memperbaiki daya ingat jangka pendek.
10) Mengisi TTS
Dapat mengaktifkan kembali kerja otak dalam menggali pengetahuan.
11) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial
Dapat meningkatkan kemampuan kognisi para lansia.
12) Ibadah
13) Berjemur pada pagi hari
Agar tulang tetap kuat dan tidak keropos, sebaiknya berjemur sinar matahari pada pagi hari, yaitu sebelum pukul 09.00.
14) Melakukan olahraga secara teratur
Olahraga secara teratur dapat mengurangi resiko terjadinya berbagai penyakit, misalnya serangan jantung. Salah satu dengan olahraga badminton.
5. Mobilitas
Mobilitas adalah pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang. Walaupun jenis aktivitas berubah sepanjang kehidupan manusia, mobilitas adalah pusat untuk berpartisipasi dalam dan menikmati kehidupan. Mempertahankan mobilitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lansia (Stanley, 2006:261).
Mobilitas bukan merupakan sesuatu yang absolute dan statis dalam menentukan kemampuan untuk berjalan, tetapi mobilitas optimal merupakan sesuatu yang individualistis,ralatif, dan dinamis yang bergantung pada interaksi antara faktor-faktor lingkungan dan sosial, afektif, dan fungsi fisik. Untuk seseorang, mobilitas optimal mungkin berupa berjalan sekitar 8 kilometer setiap harinya. Bagi orang lain, mobilitas dapat melibatkan pergerakan yang terbatas dengan bantuan (Stanley, 2006:261).
C. Status Kesehatan
1. Pengertian
Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Membuat definisi kesehataan yang baik tidaklah mudah karena setiap orang mempunyai konsep kesehatan sendiri. Sehat bukanlah suatu pengetahuan ilmiah yang dapat diperoleh atau suatu benda, suatu bagian tubuh, atau suatu fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, atau pernapasan. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang mendefinisikannya sesuai dengan nilai yang ada pada dirinya (Potter & Perry, 2005:5 ).
Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuikan diri dengan perubahan–perubahan internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Lingkungan intrenal terdiri dari beberapa faktor psikologis, dimensi intelektual dan spiritual, dan proses penyakit.
Lingkungan eksternal terdiri dari faktor–faktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan, antara variabel lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi. Karena kedua lingkungan ini mengalami perubahan secara terus menerus, maka individu harus mampu beradaptasi mempertahankan keadaan kesehatannya ( Potter & Perry, 2005:5 ).
Oleh karena itu sehat dan sakit harus di definisikan dengan istilah yang bersifat individual. Sehat dapat mencakup suatu kondisi dimana sebelumnya klien atau perawat mungkin menganggap kondisi tersebut sebagai kondisi sakit. Sehat juga sangat erat hubungannya dengan tempat kerja dan tempat tinggal individu, dan stressor yang disebabkan oleh kedua lingkungan tersebut ( Potter & Perry, 2005:6 ).
Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi (menurut Afandi Kusuma dalam http://afand.cybermq.com).
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat (menurut Afandi Kusuma dalam http://afand.cybermq.com).
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
a. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
1) Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2) Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3) Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
2. Karakteristik Sehat
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif ( Edelman dan Mandle, 1994 dalam Potter & Perry, 2005:5) :
a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
3. Pola Dasar Indikator Sehat
Kesehatan adalah suatu hal yang kontinum, yang berada dari titik ujung sehat walafiat sampai dengan titik pangkal sakit serius.
Oleh Fashel dan Bush (1970) dalam Notoatmodjo, Soekidjo ( 2007 : 5) yang mendasarkan uraiannya pada definisi Parson menjabarkan kesehatan ke dalam 11 tingkatan atau keadaan. Dari ke- 11 tingkatan tersebut, mereka sekaligus mencoba membuat indikator – indikatornya sebagaimana diuraikan di bawah :
a. Well Being ( sehat sempurna )
Pada keadaan ini individu bebas gejala, keadaan kesehatannya sesuai dengan definisi sehat WHO, yaitu : sehat fisik, mental, sosial, dan ekonomi.
b. Dissatisfaction ( kurang memuaskan )
Keadaan kesehatan individu dalam batas – batas tertentu dapat diterima, namun ada penyimpangan ringan dari keadaan well being, misal : caries dentis.
c. Discomfort ( tidak nyaman )
Aktivitas sehari – hari dapat dilaksanakan tanpa pengurangan, walaupun beberapa gejala mulai tampak.
d. Minor Disability ( Ketidakmampuan minor )
Aktifitas sehari – hari dapat dilaksanakan, namun berkuarng secara bermakna karena adanya gangguan kesehatan.
e. Mayor Disability ( ketidakmampuan mayor )
Aktivitas sehari – hari masih dapat dilaksanakan, namun berkurang secara bermakna.
f. Disabled ( cacat )
Individu tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari – harinya, tetapi masih bisa bergerak secara bebas dalam masyarakat.
g. Confined ( terbatas )
Individu berada di tempat tidur tetapi tidak masuk rumah sakit (dirawat).
h. Confined + bedridden ( tinggal di tempat tidur )
Kemampuan kegiatan individu hanya terbatas di tempat tidurnya .
i. Isolated ( terisolasi )
Individu terpisah dari sanak keluarga dan kawan – kawan (dirawat).
j. Coma
Individu hampir mati, namun ada kemungkinan bisa sembuh dan jadi lebih sehat lagi.
k. Mati
Individu tidak mampu sama sekali.
D. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Suwarsa (2006) bahwa kesadaran akan munculnya penyakit ketika lansia dan upaya pencegahannya merupakan sesuatu yang harus diketahui dan harus dipersiapkan sebelum seseorang memasuki lansia. Mempertahankan kondisi fisik kita agar tetap sehat, meskipun usia secara bertahap kian menua yang dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup.
Bagan 2.1
Kerangka Teori Pola Aktivitas dan Status Kesehatan Lansia
Sumber: Suwarsa dalam kiat hidup sehat bagi lansia tahun 2006.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Kerangka teori pada penelitian ini mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Suwarsa (2006) bahwa kesadaran akan munculnya penyakit ketika lansia dan upaya pencegahannya merupakan sesuatu yang harus diketahui dan harus dipersiapkan sebelum seseorang memasuki lansia. Mempertahankan kondisi fisik kita agar tetap sehat, meskipun usia secara bertahap kian menua yang dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup.
Bagan 3.1
Kerangka konsep Pola Aktivitas dan Status Kesehatan Lansia
Keterangan:
= Tidak dilakukan pengujian hubungan
B. Variabel Dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen dan dependen.
a. Variabel independen adalah pola aktivitas memelihara kesehatan mencakup olahraga, gaya hidup sehat, dan aktivitas sehari-hari.
b. Variabel dependen adalah status kesehatan.
2. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
NO Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Hasil Skala Ukur
1. Pola aktivitas memelihara kesehatan dengan Olahraga Pola aktivitas yang dilakukan lansia sehari-hari yang dilakukan meliputi: jalan pagi, joging/lari kecil dll.
Dengan wawancara
Kuisioner
- Baik, jika lansia melakukan 2-3x aktivitas tersebut.
- Kurang baik, jika lansia hanya melakukan 0-1x akivitas tersebut.
Ordinal
2. Pola aktivitas memelihara kesehatan dengan Gaya hidup sehat Pola aktivitas yang dilakukan lansia sehari-hari yang dilakukan meliputi : makan, minum, mandi dll. Dengan wawancara
Kuisioner
- Baik, jika lansia melakukan 3-5x aktivitas tersebut.
- Kurang baik, jika lansia hanya melakukan 0-2x akivitas tersebut.
Ordinal
3. Pola aktivitas memelihara kesehatan dengan Aktivitassehari-hari Pola aktivitas yang dilakukan lansia sehari-hari yang dilakukan meliputi : menyapu kamar, ruang tamu, membersihkan halaman dll.
Dengan wawancara
Kuisioner
- Baik, jika lansia melakukan 3-5x aktivitas tersebut.
- Kurang baik, jika lansia hanya melakukan 0-2x akivitas tersebut.
Ordinal
4. Status kesehatan Keluhan yang dirasakan lansia saat ini. Dengan wawancara
Kuisioner
- Baik, jika tidak ada keluhan
-Kurang baik, jika ada keluhan
Ordinal
C. Desain Penelitian
Penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang dilakukan dengan tujuan untuk melihat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian ini bertujuan menggambarkan pola aktivitas lansia dan status kesehatan.
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono dalam Hidayat, 2009 : 60).
Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di PSTW Budi Luhur Kota Jambi yang berjumlah 70 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2009:60 ).
Sampel dalam penelitian ini diambil secara total sampling, karena menurut Arikunto (2006:134) apabila populasi kurang dari 100, sampel yang bisa diambil keseluruhannya, jadi sampel diambil dengan penelitian lansia berjumlah 70 orang.
E. Tempat Dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di PSTW Budi Luhur Kota Jambi.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Juni tahun 2010.
F. Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Sebelum Penelitian data, perlu dilihat alat ukur pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2009:86 ).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu langsung diambil dari responden dimana cara untuk memperoleh data tersebut dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan wawancara langsung dengan lansia terhadap aktivitasnya serta keluhan yang dirasakan oleh lansia. Pengumpulan data dibantu oleh 3 orang dan terlebih dahulu diberikan penjelasan cara pengumpulan data.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner berisi tentang pertanyaan yang diajukan kepada lansia yang meliputi tentang aktivitas fisik dan status kesehatan.
G. Teknik Analisa Data
1. Pengolahan data
Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Adapun untuk melekukan analisis data diperlukan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahap antara lain :
a. Pengkodean Data (data coding)
Pengkodean dapat merupakan suatu penyusunan data mentah (yang ada dalam kuisioner) kedalam bentuk yang mudah dibaca oleh komputer.
b. Pemindahan Data ke Komputer (data entering)
Data entering adalah memindahkan data yang telah diubah menjadi kode kedalam mesin pengolah data.
c. Pembersihan Data (data cleaning)
Data cleaning adalah memastikan bahwa data yang telah masuk sesuai dengan yang sebenarnya. Prosesnya dilakukan dengan cara melakukan perbaikan kesalahan pada kode yang tidak jelas/ tidak mungkin ada akibat salah memasukan kode.
d. Penyajian Data (data output)
Data output merupakan data hasil pengolahan, yang disajikan baik dalam bentuk table atau diagram.
e. Penganalisisan Data (data analyzing)
Langkah selanjutnya adalah analisis data, yakni proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariat.
2. Analisa data
Adalah suatu proses untuk memperoleh gambaran-gambaran / informasi yang dapat menggambarkan suatu situasi, perbedaan, atau situasi perkembangan hubungan antar Variabel yang kemudian dilakukan perbaikan kesimpulan data yang diperoleh, dikumpulkan kedalam bentuk table dengan perhitungan sebagai berikut :
Keterangan :
- P : Presentasi
- n : Jumlah pertanyaan yang dijawab dengan benar
- N : Jumlah seluruh pertanyaan
Setelah hasil diperoleh, kemudian dimasukkan kedalam variable aktivitas, pengkategorian meliputi :
1. Olahraga
a. Baik, jika lansia melakukan 2-3x aktivitas tersebut.
b. Kurang baik, jika lansia hanya melakukan 0-1x aktivitas tersebut.
2. Gaya Hidup sehat dan Aktivitas sehari-hari
a. Baik, jika lansia melakukan 3-5x aktivitas tersebut.
b. Kurang baik, jika lansia hanya melakukan 0-2x aktivitas tersebut.
Sedangkan dalam variabel penurunan kesehatan, pengkategorian meliputi :
a. Kategori baik, apabila tidak ada keluhan.
b. Kategori kurang baik, apabila ada keluhan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kualitas Data
Data diperoleh dari data primer melalui wawancara menggunakan kuesioner terhadap 70 responden mengenai gambaran pola aktivitas dan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010. Data dikumpulkan pada bulan Mei-Juni 2010. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisis univariat yang menggambarkan distribusi frekuensi masing–masing variable.
B. Gambaran Pola Aktivitas Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010.
Pola Aktivitas lansia terdiri dari tiga yaitu olahraga, gaya hidup sehat dan aktivitas sehari-hari.
1. Olahraga
Gambaran aktivitas olahraga di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 diperoleh melalui wawancara langsung yang berisi 3 pertanyaan terstruktur mengenai aktivitas olahraga.
Tabel 4.1
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan aktivitas olahraga lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010
No Aktivitas Olahraga Frekuensi
Ya Tidak
f % f %
1 Jalan pagi dalam 1 minggu 62 88,6 8 11,4
2 Joging/Lari kecil dalam 1 minggu 18 25,7 52 74,3
3 Senam lansia dalam 1 bulan 59 84,3 11 15,7
Aktivitas olahraga responden yang baik terutama aktivitas jalan pagi yakni sebanyak 62 responden (88,6%) dan aktivitas senam lansia yakni sebanyak 59 responden (84,3%). Sedangkan aktivitas olahraga responden yang kurang baik terhadap pola aktivitas terutama joging/lari kecil yakni sebanyak 18 responden (25,7%).
Selanjutnya untuk mengetahui terlaksananya aktivitas responden dilakukan scoring disetiap masing-masing jawaban.
Berdasarkan hasil ukur yang digunakan, apabila lansia melakukan aktivitas lebih dari atau sama dengan 2 kali dalam satu minggu maka dapat dikategorikan kedalam aktivitas baik, sedangkan aktivitas dilakukan kurang dari 2 kali dalam satu minggu dikategorikan kurang baik. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan aktivitas olahraga dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Responden berdasarkan aktivitas olahraga lansia
No Aktivitas olahraga f %
1 Baik 55 78,6
2 Kurang baik 15 21,4
Total 70 100
Hasil analisis aktivitas olahraga responden terhadap pola aktivitas dan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 menunjukkan bahwa 55 responden (78,6%) aktivitas olahraganya baik, 15 responden (21,4%) aktivitasnya kurang baik.
2. Gaya hidup sehat
Gambaran aktivitas gaya hidup sehat di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 diperoleh melalui wawancara langsung yang berisi 5 pertanyaan terstruktur mengenai aktivitas gaya hidup sehat.
Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan aktivitas gaya hidup sehat lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010
No Aktivitas Gaya Hidup Sehat Frekuensi
Ya Tidak
f % f %
1 Makan 3x sehari dalam 1 minggu 70 100 0 0
2 Minum air putih 8 gelas/ hari dalam 1 minggu 66 94,3 4 5,7
3 Berjemur pada pagi hari dalam 1 minggu 61 87,2 9 12,8
4 Mandi 2x sehari dalam 1 minggu 67 95,7 3 4,3
5 Tidak merokok dalam 1 minggu 69 98,6 1 1,4
Aktivitas gaya hidup sehat responden yang baik terutama aktivitas makan 3x sehari yakni sebanyak 70 responden (100%) dan aktivitas tidak merokok yakni sebanyak 69 responden (98,6%). Sedangkan aktivitas gaya hidup sehat responden yang kurang baik terhadap pola aktivitas berjemur pada pagi hari yakni sebanyak 61 responden (87,2%).
Selanjutnya untuk mengetahui terlaksananya aktivitas responden dilakukan scoring disetiap masing-masing jawaban.
Berdasarkan hasil ukur yang digunakan, apabila lansia melakukan aktivitas lebih dari atau sama dengan 3 kali dalam satu minggu maka dapat dikategorikan kedalam aktivitas baik, sedangkan aktivitas dilakukan kurang dari 3 kali dalam satu minggu dikategorikan kurang baik. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan aktivitas gaya hidup sehat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Distribusi Responden berdasarkan aktivitas gaya hidup sehat lansia
No Aktivitas gaya hidup sehat f %
1 Baik 68 97,1
2 Kurang baik 2 2,9
Total 70 100
Hasil analisis aktivitas gaya hidup sehat responden terhadap pola aktivitas dan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 menunjukkan bahwa 68 responden (97,1%) aktivitas gaya hidup sehatnya baik, 2 responden (2,9%) aktivitasnya kurang baik.
3. Aktivitas sehari-hari
Gambaran aktivitas sehari-hari di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 diperoleh melalui wawancara langsung yang berisi 5 pertanyaan terstruktur mengenai aktivitas sehari-hari.
Tabel 4.5
Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan aktivitas sehari-hari lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010
No Aktivitas Sehari-hari Frekuensi
Ya Tidak
f % f %
1 Menyapu kamar sendiri dalam 1 minggu 65 92,9 5 7,1
2 Menyapu ruang tamu dalam 1 minggu 59 84,3 11 15,7
3 Membersihkan halaman dalam 1 minggu 16 22,8 54 77,2
4 Memasak dalam 1 minggu 1 1,4 69 98,6
5 Bersosialisasi dalam 1 minggu 59 84,3 11 15,7
Aktivitas sehari-hari responden yang baik terutama aktivitas menyapu kamar sendiri yakni sebanyak 65 responden (92,9%) dan aktivitas menyapu ruang tamu yakni sebanyak 59 responden (84,3%). Sedangkan aktivitas sehari-hari responden yang kurang baik terhadap pola aktivitas terutama memasak yakni sebanyak 1 responden (1,4%).
Selanjutnya untuk mengetahui terlaksananya aktivitas responden dilakukan scoring disetiap masing-masing jawaban.
Berdasarkan hasil ukur yang digunakan, apabila lansia melakukan aktivitas lebih dari atau sama dengan 3 kali dalam satu minggu maka dapat dikategorikan kedalam aktivitas baik, sedangkan aktivitas dilakukan kurang dari 3 kali dalam satu minggu dikategorikan kurang baik. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan aktivitas sehari-hari dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Distribusi Responden berdasarkan aktivitas sehari-hari lansia
No Aktivitas sehari-hari f %
1 Baik 50 71,4
2 Kurang baik 20 28,6
Total 70 100
Hasil analisis aktivitas sehari-hari responden terhadap pola aktivitas dan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 menunjukkan bahwa 50 responden (71,4%) aktivitas olahraganya baik, 20 responden (28,6%) aktivitasnya kurang baik.
C. Gambaran status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Tahun 2010
Gambaran status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 diperoleh melalui wawancara langsung yang berisi satu pertanyaan terstruktur mengenai status kesehatan. Selanjutnya untuk mengetahui apakah lansia mengalami keluhan atau tidak dilakukan scoring pada jawaban.
Berdasarkan hasil ukur yang digunakan, apabila lansia tidak mengalami keluhan maka dapat dikategorikan kedalam status kesehatan baik, sedangkan apabila lansia mengalami keluhan dikategorikan status kesehatan kurang baik. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan status kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Distribusi Responden berdasarkan status kesehatan lansia
No Status Kesehatan f %
1 Baik 39 55,7
2 Kurang Baik 31 44,3
Total 70 100
Hasil analisis status kesehatan lansia responden terhadap pola aktivitas dan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 menunjukkan bahwa 39 responden (55,7%) status kesehatannya baik, 31 responden (44,3%) status kesehatannya kurang baik.
Tabel 4.8
Distribusi Responden berdasarkan keluhan dari status kesehatan lansia
No. Keluhan f %
1. Nyeri 21 30
2. Pusing 6 8,6
3. Sesak napas 2 2,8
4. Batuk 2 2,8
Total 31 44,3
Berdasarkan status kesehatan yang kurang baik dengan 31 responden (44,3%). Dari hasil wawancara didapat keluhan yang dirasakan oleh responden adalah pusing 6 responden, nyeri 21 responden, sesak napas 2 responden, batuk 2 responden.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
1. Keterbatasan Penelitian
Penelitian mengenai Gambaran Pola Aktivitas dan Status Kesehatan Lansia di PSTW Budi Luhur Kota Jambi, ini memiliki keterbatasan dalam hal waktu dan dana yang tersedia. Dalam keterbatasan waktu dan dana yang ada penelitian ini dilakukan penetapan jumlah responden dan ruang lingkup yang terbatas pula, dan hanya meneliti tentang gambaran Pola Aktivitas dan Status Kesehatan Lansia di PSTW Budi Luhur Kota Jambi.
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan kuesioner sehingga kevalidan data tergantung pada respons positif dari responden dalam menjawab pertanyaan pada wawancara dan kuesioner sesuai dengan fakta yang ada.
2. Pola Aktivitas Lansia di PSTW Budi Luhur
Pola Aktivitas lansia terdiri dari tiga yaitu olahraga, gaya hidup sehat dan aktivitas sehari-hari.
a. Olahraga
Hasil penelitian berdasarkan aktivitas olahraga lansia di PSTW Budi Luhur ada 2 kategori yaitu aktivitas olahraga baik dan aktivitas olahraga kurang baik, dengan melihat apakah aktivitas olahraga yang dilakukan responden sudah sesuai dengan pola aktivitas lansia yang benar atau salah. Baik apabila dilakukan 2-3 kali dan kurang baik apabila dilakukan 0-1 kali. Sehingga berdasarkan analisis aktivitas olahraga responden menunjukkan bahwa 55 responden (78,6%) aktivitas olahraganya baik, 15 responden (21,4%) aktivitasnya kurang baik.
Aktivitas olahraga responden yang baik terutama aktivitas jalan pagi selama seminggu yakni sebanyak 62 responden (88,6%) dan aktivitas senam lansia selama sebulan yakni sebanyak 59 responden (84,3%). Sedangkan aktivitas olahraga responden yang kurang baik terhadap pola aktivitas terutama joging/lari kecil selama seminggu yakni sebanyak 18 responden (25,7%).
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sebanyak 62 responden (88,6%) melakukan aktivitas jalan pagi selama seminggu ≥2 kali dan 8 responden (11,4%) melakukan aktivitas jalan pagi selama seminggu <2 kali. Untuk 59 responden (84,3%) melakukan aktivitas senam lansia dalam satu bulan ≥2 kali dan 11 responden (15,7%) melakukan aktivitas senam lansia dalam satu bulan ≥2 kali. Responden menunjukkan aktivitas yang baik dalam aktivitas olahraga. Hal ini dilihat dari aktivitas olahraga yang lansia lakukan, dimana lansia lebih sering melakukan olahraga jalan pagi.
Sedangkan untuk kategori kurang baik 52 responden (74,3%) tidak melakukan jogging/lari kecil selama seminggu <2 kali dan 18 responden (25,7%) melakukan jogging/lari kecil selama seminggu ≥2 kali. Responden menunjukkan aktivitas kurang baik dalam olahraga yang dilakukan sebagian lansia adalah olahraga jogging/lari kecil.
Kemampuan beraktivtias merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal (Lilis, Taylor, Lemonek, 1989).
Dalam penelitian ini tampak sebagian besar responden melakukan aktivitas olahraga yang baik. Karena menurut Lilis, Taylor, Lemonek aktivitas yang baik ini juga dapat mempermudah responden untuk dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup. Karena, ternyata aktivitas olahraga akan menjadikan tubuh lebih sehat.
Sesuai dengan pendapat pada teori yang di kemukakan oleh Suwarsa (2006) bahwa kesadaran akan munculnya penyakit ketika lansia dan upaya pencegahannya merupakan sesuatu yang harus diketahui dan harus dipersiapkan sebelum seseorang memasuki lansia. Mempertahankan kondisi fisik kita agar tetap sehat, meskipun usia secara bertahap kian menua yang dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup. Lansia sehat apabila lansia mampu memelihara kesehatan secara dini yaitu dengan olahraga, gaya hidup sehat, dan aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia.
Kemudian ditinjau dari penelitian Ahyar (2008:44) bahwa lansia yang tidak mandiri karena merasa sudah tua sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, padahal lansia tersebut masih dapat melakukan aktivitas sendiri. Namun karena penerimaan dirinya terhadap keadaan yang dialami menyebabkan lansia tergantung pada orang lain, begitu juga dengan adanya dukungan keluarga . semakin baik dukungan keluarga maka semakin mandiri lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya dorongan dari keluarga untuk memotivasi lansia melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan aktivitas lansia adalah perlu ditingkatkannya aktivitas lansia dengan memotivasi dan bekerjasama dengan petugas panti dalam upaya meningkatkan aktivitas lansia. Lansia juga dibimbing dengan memberikan penyuluhan kesehatan terutama tentang keuntungan dan kerugian beraktivitas, maka lansia mampu untuk terus melakukan aktivitas yang baik.
Bila sejak dini sudah di biasakan beraktivitas yang kurang baik, maka akan berdampak kurang baik pula pada kesehatannya. Seperti aktivitas senam lansia dalam sebulan yang jarang dilakukan lansia, apabila senam lansia jarang dilakukan maka akan berpengaruh terhadap bentuk fisik dan psikis tubuh lansia.
b. Gaya Hidup Sehat
Hasil penelitian berdasarkan aktivitas gaya hidup sehat lansia di PSTW Budi Luhur ada 2 kategori yaitu aktivitas gaya hidup sehat baik dan aktivitas gaya hidup sehat kurang baik, dengan melihat apakah aktivitas gaya hidup sehat yang dilakukan responden sudah sesuai dengan pola aktivitas lansia yang benar atau salah berdasarkan baik apabila dilakukan 3-5 kali dan kurang baik apabila dilakukan 0-2 kali. Sehingga berdasarkan analisis aktivitas gaya hidup sehat responden menunjukkan bahwa 68 responden (97,1%) aktivitas gaya hidup sehatnya baik, 2 responden (2,9%) aktivitasnya kurang baik.
Aktivitas gaya hidup sehat responden yang baik terutama aktivitas makan 3x sehari yakni sebanyak 70 responden (100%) dan aktivitas tidak merokok yakni sebanyak 69 responden (98,6%). Sedangkan aktivitas gaya hidup sehat responden yang kurang baik terhadap pola aktivitas berjemur pada pagi hari yakni sebanyak 61 responden (87,2%).
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sebanyak 70 responden (100%) melakukan aktivitas makan 3 kali sehari dalam seminggu ≥ 3 kali. Responden menunjukkan aktivitas yang baik dalam aktivitas gaya hidup sehat. Hal ini dilihat dari aktivitas gaya hidup sehat yang lansia lakukan, dimana lansia lebih sering melakukan gaya hidup sehat makan 3 kali sehari dalam seminggui.
Sedangkan untuk kategori kurang baik 9 responden (12,8%) tidak melakukan berjemur pada pagi hari dalam seminggu < 3 kali dan 61 responden (87,2%) melakukan berjemur pada pagi hari dalam seminggu ≥3 kali. Responden menunjukkan aktivitas kurang baik dalam gaya hidup sehat yang dilakukan sebagian lansia adalah berjemur pada pagi hari dalam seminggu.
Kemampuan beraktivtias merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. (Lilis, Taylor, Lemonek, 1989).
Dalam penelitian ini tampak sebagian besar responden melakukan aktivitas gaya hidup sehat yang baik. Karena menurut Lilis, Taylor, Lemonek dengan aktivitas yang baik ini juga dapat mempermudah responden untuk dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup. Karena, ternyata aktivitas gaya hidup sehat akan menjadikan tubuh lebih sehat.
Sesuai dengan pendapat pada teori yang di kemukakan oleh Suwarsa (2006) bahwa kesadaran akan munculnya penyakit ketika lansia dan upaya pencegahannya merupakan sesuatu yang harus diketahui dan harus dipersiapkan sebelum seseorang memasuki lansia. Mempertahankan kondisi fisik kita agar tetap sehat, meskipun usia secara bertahap kian menua yang dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup. Lansia sehat apabila lansia mampu memelihara kesehatan secara dini yaitu dengan olahraga, gaya hidup sehat, dan aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia.
Kemudian ditinjau dari penelitian Ahyar (2008:44) bahwa lansia yang tidak mandiri karena merasa sudah tua sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, padahal lansia tersebut masih dapat melakukan aktivitas sendiri. Namun karena penerimaan dirinya terhadap keadaan yang dialami menyebabkan lansia tergantung pada orang lain, begitu juga dengan adanya dukungan keluarga . semakin baik dukungan keluarga maka semakin mandiri lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya dorongan dari keluarga untuk memotivasi lansia melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan aktivitas lansia adalah perlu ditingkatkannya aktivitas lansia dengan memotivasi dan bekerjasama dengan petugas panti dalam upaya meningkatkan aktivitas lansia. Lansia juga dibimbing dengan memberikan penyuluhan kesehatan terutama tentang keuntungan dan kerugian beraktivitas, maka lansia mampu untuk terus melakukan aktivitas yang baik.
Bila sejak dini sudah di biasakan beraktivitas yang kurang baik, maka akan berdampak kurang baik pula pada kesehatannya. Seperti aktivitas berjemur pada pagi hari yang jarang dilakukan lansia, apabila berjemur pada pagi hari jarang digunakan maka akan berpengaruh kepada tulang akan lemah dan keropos, sebaiknya berjemur sinar matahari pada pagi hari, yaitu sebelum pukul 09.00.
c. Aktivitas Sehari-hari
Hasil penelitian berdasarkan aktivitas sehari-hari lansia di PSTW Budi Luhur ada 2 kategori yaitu aktivitas sehari-hari baik dan aktivitas sehari-hari kurang baik, dengan melihat apakah aktivitas sehari-hari yang dilakukan responden sudah sesuai dengan pola aktivitas lansia yang benar atau salah berdasarkan baik apabila dilakukan 3-5 kali dalam seminggu dan kurang baik apabila dilakukan 0-2 kali dalam seminggu. Sehingga berdasarkan analisis aktivitas sehari-hari menunjukkan bahwa 50 responden (71,4%) aktivitas sehari-harinya baik, 20 responden (28,6%) aktivitas sehari-harinya kurang baik.
Aktivitas sehari-hari responden yang baik terutama aktivitas menyapu kamar sendiri yakni sebanyak 65 responden (92,9%) dan aktivitas menyapu ruang tamu yakni sebanyak 59 responden (84,3%). Sedangkan aktivitas sehari-hari responden yang kurang baik terhadap pola aktivitas terutama memasak yakni sebanyak 1 responden (1,4%).
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sebanyak 65 responden (92,9%) melakukan aktivitas menyapu kamarnya sendiri dalam seminggu ≥ 3 kali dan 5 responden (7,1%) melakukan aktivitas menyapu kamarnya sendiri dalam seminggu <3 kali. Responden menunjukkan aktivitas yang baik dalam aktivitas aktivitas sehari-hari. Hal ini dilihat dari aktivitas aktivitas sehari-hari yang lansia lakukan, dimana lansia lebih sering melakukan aktivitas sehari-hari menyapu kamar sendiri dalam seminggu.
Sedangkan untuk kategori kurang baik 69 responden (98,6%) tidak memasak dalam seminggu <3 kali dan 1 responden (1,4%) melakukan memasak dalam seminggu ≥3 kali. Responden menunjukkan aktivitas kurang baik dalam aktivitas sehari-hari yang dilakukan sebagian lansia adalah memasak dalam seminggu.
Kemampuan beraktivtias merupakan kebutuhan dasar yang mutlak diharapkan oleh setiap manusia. Kemampuan tersebut meliputi berdiri, berjalan, bekerja, makan, minum, dan lain sebagainya. Dengan beraktivitas tubuh akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan metabolisme tubuh dapat optimal. (Lilis, Taylor, Lemonek, 1989).
Dalam penelitian ini tampak sebagian besar responden melakukan aktivitas aktivitas sehari-hari yang baik. Karena menurut Lilis, Taylor, Lemonek dengan aktivitas yang baik ini juga dapat mempermudah responden untuk dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup. Karena, ternyata aktivitas aktivitas sehari-hari akan menjadikan tubuh lebih sehat.
Sesuai dengan pendapat pada teori yang di kemukakan oleh Suwarsa (2006) bahwa kesadaran akan munculnya penyakit ketika lansia dan upaya pencegahannya merupakan sesuatu yang harus diketahui dan harus dipersiapkan sebelum seseorang memasuki lansia. Mempertahankan kondisi fisik kita agar tetap sehat, meskipun usia secara bertahap kian menua yang dapat membantu mencapai sukses lebih besar dalam hidup. Lansia sehat apabila lansia mampu memelihara kesehatan secara dini yaitu dengan olahraga, gaya hidup sehat, dan aktivitas sehari-hari yang dilakukan lansia.
Kemudian ditinjau dari penelitian Ahyar (2008:44) bahwa lansia yang tidak mandiri karena merasa sudah tua sehingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari, padahal lansia tersebut masih dapat melakukan aktivitas sendiri. Namun karena penerimaan dirinya terhadap keadaan yang dialami menyebabkan lansia tergantung pada orang lain, begitu juga dengan adanya dukungan keluarga . semakin baik dukungan keluarga maka semakin mandiri lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya dorongan dari keluarga untuk memotivasi lansia melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan aktivitas lansia adalah perlu ditingkatkannya aktivitas lansia dengan memotivasi dan bekerjasama dengan petugas panti dalam upaya meningkatkan aktivitas lansia. Lansia juga dibimbing dengan memberikan penyuluhan kesehatan terutama tentang keuntungan dan kerugian beraktivitas, maka lansia mampu untuk terus melakukan aktivitas yang baik.
Bila sejak dini sudah di biasakan beraktivitas yang kurang baik, maka akan berdampak kurang baik pula pada kesehatannya. Seperti aktivitas memasak yang jarang dilakukan lansia, apabila memasak jarang digunakan maka akan berpengaruh kepada kemampuan kognitif lansia.
3. Status Kesehatan Lansia di PSTW Budi Luhur
Hasil penelitian berdasarkan status kesehatan lansia di PSTW Budi Luhur ada 2 kategori yaitu status kesehatan baik dan status kesehatan kurang baik, dengan melihat berdasarkan baik apabila lansia tidak ada keluhan dan kurang baik apabila lansia ada keluhan. Sehingga berdasarkan analisis status kesehatan menunjukkan bahwa 39 responden (55,7%) status kesehatan baik, 31 responden (44,3%) status kesehatan kurang baik. Status kesehatan baik berdasarkan penelitian diPSTW Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 dimana lansia tidak ada keluhan.
Sedangkan untuk mayoritas 31 responden (44,3%) memliki status kesehatan kurang baik di PSTW Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010 dimana lansia ada keluhan. Dari hasil wawancara didapat keluhan yang dirasakan oleh responden adalah pusing 6 responden, nyeri 21 responden, sesak napas 2 responden, batuk 2 responden.
Dilihat dari keluhan lansia, lansia lebih banyak mengalami keluhan nyeri dengan 21 responden. Lansia yang mengalami keluhan nyeri adalah lansia yang berusia diatas 70 tahun. Menurut teori yang dikemukakan oleh Suwarsa (2006) bahwa nyeri dikarenakan posisi tubuh yang salah merupakan kasus yang paling sering terjadi.Kebiasaan duduk, berjalan, saat tidur, mengangkat barang, dan gerakan apapun jika salah dapat menimbulkan keluhan nyeri. Keadaan tersebut jika dibiarkan akan menimbulkan beragam masalah. Salah satunya berpengaruh terhadap menurunnya gairah seseorang dalam bekerja dan menjalani aktivitas lainnya.
Cara terbaik mengatasi keluhan nyeri tersebut adalah dengan mencegahnya. Misalnya, mengatur dan memperbaiki posisi tubuh, baik saat duduk, berdiri, berjalan, mengangkat barang, maupun pada saat tidur. Pada prinsipnya, kita harus mengupayakan agar postur tulang belakang selalu berada dalam posisi lurus tegak,
Kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek, yaitu kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan. selanjutnya kesehatan mental (jiwa), mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual. kesehatan sosial dan kesehatan dari aspek ekonomi. (menurut Afandi Kusuma dalam http://afand.cybermq.com)
Upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan lansia adalah perlu diadakannya cek kesehatan setiap sekali seminggu minimal, dengan dilakukan cek kesehatan maka lansia dapat mengantisipasi masalah-masalah kesehatan. Bukan hanya dengan cek kesehatan, berolahraga atau kegiatan lainnya juga dapat membantu mencegah datangnya suatu penyakit. Selain itu, Lansia juga dibimbing dengan memberikan penyuluhan kesehatan sehingga lansia bisa menjaga status kesehatannya sendiri.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penetilian dan pembahasan yang telah diuraikan sesuai dengan analisis pada penelitian tentang gambaran pola aktivitas dan status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran status kesehatan lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur menunjukkan bahwa 39 responden (55,7%) status kesehatannya baik, 31 responden (44,3%) status kesehatannya kurang baik
2. Gambaran pola aktivitas lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Jambi tahun 2010.
a. Olahraga.
Hasil analisis aktivitas olahraga responden di PSTW Budi Luhur menunjukkan bahwa 55 responden (78,6%) aktivitas olahraganya baik, 15 responden (21,4%) aktivitasnya kurang baik.
b. Gaya hidup sehat.
Hasil analisis aktivitas gaya hidup sehat responden di PSTW Budi Luhur menunjukkan bahwa 68 responden (97,1%) aktivitas gaya hidup sehatnya baik, 2 responden (2,9%) aktivitasnya kurang baik.
c. Aktivitas sehari-hari.
Hasil analisis aktivitas sehari-hari responden di PSTW Budi Luhur menunjukkan bahwa 50 responden (71,4%) aktivitas olahraganya baik, 20 responden (28,6%) aktivitasnya kurang baik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas untuk mencapai maksud dan tujuan dalam pola aktivitas dan status kesehatan lansia, maka dapat disarankan sebagai berikut :
1. Bagi Institusi PSTW Budi Luhur
Hasil penelitian di PSTW Budi Luhur sudah baik jadi diharapkan PSTW Budi Luhur dapat mempertahankan kegiatan-kegiatan yang ada ataupun kegiatan yang dilakukan lansia di panti serta dapat mempertahankan status kesehatan lansia dan lebih meningkatkannya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Instituti dapat lebih mendukung mahasiswa dalam melakukan penelitian, diantaranya diharapkan lebih banyak menyediakan sumber-sumber terkait dengan lansia dan hasil-hasil penelitian tentang lansia.
3. Bagi pengembangan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan pengalaman dalam menyusun karya tulis ilmiah. Diharapkan penulis dapat lebih efisien dalam memanfaatkan waktu penelitian sehingga penelitian ini dapat selesai tepat waktu. Dengan penelitian ini juga penulis harus lebih banyak membaca tentang literatur-literatur atau buku-buku tentang penelitian.